UTAnIU adalah sebuah Badan Super yang mendukung dan melindungi bagi mereka yang cerdik dan pintar untuk mengambil kesempatan emas ini dan berbagi keseluruh pelosok dunia. Karena itu UTAnIU tidak terikat atas segala Perjanjian, Traktat, Konvensi ataupun ikatan lainnya yang dilakukan Negara-Negara. Jangan lewati kesempatan ini, karena ini berguna bagi generasi dan seterusnya. Dan bagi anda, para pengguna internet, mari bersama mencapai kemakmuran bangsa, karena anda juga anggota UTAnIU. Bagikan informasi ini dan daftarkan nama anda melalui email, cantumkan nama, Tanda Pengenal, dan alamat email, dan jangan lupa menjadi follower dalam blog ini, karena kesejahteraan adalah hak anda.

Wednesday, July 6, 2011

ANAK BANGSA MEREGANG NYAWA KARENA GIZI BURUK, PATUTKAH?

Suatu harian Ibukota Jakarta melaporkan dalam beritanya; seorang anak bernama Farhan Adi Saputra, 1,5 tahun, meregang nyawa karena kurangnya asupan makanan bergizi. Ini terjadi di wilayah Cilodong, Depok pada tanggal 9 September 2010. “kami cuma orang kecil, ngak punya banyak uang untuk beli makanan bergizi”, kata ibunda anak tersebut. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Depok pada Januari sampai Maret 2010 tercatat 203 anak menderita gizi buruk.
Kasus serupa juga diketemukan di Bekasi. Sebanyak 20 bayi diindikasikan menderita gizi buruk. Data tahun lalu dari 152 ribu bayi yang diteliti, ditemukan 581 bayi kurang gizi. Dari jumlah, 77 bayi masuk dalam ketegori sangat kurang atau bergizi buruk.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor mencatat pada Mei 2010, ada 314 balita yang mengalami gizi buruk dengan kasus lama sebanyak 181 dan baru sebanyak 133. Yang tercatat per Juni 2010, ditemukan 147 balita yang mengalami gizi buruk. Selama kurun waktu enam bulan di 2010, ada sekitar 9 balita meninggal karena gizi buruk.
Jangan lupa, kasus diatas adalah hanya sebagian kasus yang diketahui. Dan, ironinya, daerah-daerah tersebut adalah nota bene, kota yang dekat dengan Ibukota Jakarta Raya. Kalau di dekat Jakarta saja kondisi nampak demikian, bagaimana untuk daerah lainnya, yang jauh dari Ibukota Jakarta?
Menurut data, dalam empat tahun terakhir yaitu 2006-2009 tercatat sekitar 151 balita di NTB meninggal akibat menderita gizi buruk dari 4.698 kasus yang ditemukan. Pada 2006 tercatat sebanyak 10 orang meninggal dunia dari 2.465 kasus yang ditemukan, selanjutnya 2007 sebanyak 52 orang meninggal, 2008 sebanyak 45 orang meninggal dengan 1.207 kasus dan 2009 yang meninggal 44 orang dengan 926 kasus.
Khusus 2009 dari sebanyak 44 penderita yang meninggal terbanyak di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 11 orang, kemudian Lombok Barat sembilan orang, Lombok delapan orang dan Kabupaten Bima enam orang. Selain itu Kabupaten Dompu empat orang dan Lombok Utara dua orang dan Kota Mataram satu orang sementara Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima tidak ada yang meninggal. Ini adalah salah satu potret dari wilayah kita sebelah timur, bagaimana dengan wilayah Barat?
Potret ironi terjadi di kabupaten kaya, Bengkalis. Balita yang kurang asupan gizi, bernama, Solihin wafat, Rabu 22 September 2010 di RSUD Bengkalis. Balita penderita gizi buruk ini merupakan anak dari pasangan keluarga miskin di Desa Penampi, Bengkalis. Selama perawatan di rumah sakit, kondisi kesehatan Solihin mulai membaik. Berat badannya pun berangsur mendekati berat badan balita normal, yakni seberat 3,2 kilogram. Namun ketika tim medis hendak menambahkan darah, tiba-tiba kondisi kesehatan pasien langsung ‘down’ dan akhirnya meninggal dunia.
Paman pasien gizi buruk, menyebutkan, saat ini keponakannya tengah dirawat di ruangan ICU anak. Gohaid menambahkan permasalahan ekonomi merupakan salah satu penyebab mengapa kedua orangtua Syafira tidak membawa anaknya berobat. Pekerjaan kedua orang tuanya hanyalah buruh pembuat batu bata di Desa Muara Fajar. Betapa miris hati kita melihat dan mengetahui hal ini.
Mengapa kita bersedih. Karena kita tahu Anak Bangsa kita tidak patut meninggal karena Gizi Buruk. Indonesia adalah Negara kaya akan banyak sumber. Tuhan memberikan rahmatnya demikian besar. Namun masih banyak Anak Bangsa meninggal karena Gizi buruk dan juga, kelaparan. Sungguh tidak patut.
Salah satu penyebab, anak bisa gizi buruk biasanya adalah karena ketidakmampuan ekonomi dari orang tua si anak untuk memberikannya cukup gizi. Memang pemerintah tidak berdiam diri, mereka berupaya meminimalisasi gizi buruk tersebut. Namun dana sangat minim untuk melakukan ini secara tuntas. Sekali lagi membuktikan bahwa, masalah ekonomi keuangan punya hubungan langsung dengan kesehatan masyarakat.
UTAnIU telah menyiapkan untuk pemerintah Negara, khususnya Pemerintah Indonesia bagaimana bisa menata perekonomian Negara ini sehingga kasus Gizi Buruk dan kesehatan lainnya dapat ditangani, dan masyarakat mempunyai daya beli dan kemampuan keuangan untuk mendapatkan Gizi yang memadai.
Mari kita dorong agar, Pemerintah memahami ini, dan segera mengambil tindakan agar hak masyarakat mendapatkan kesehatan yang layak dapat terpenuhi. Semoga Pemerintah mau merespon apa yang telah disampaikan UTAnIU dan segera bertemu untuk menata ulang perekonomian keuangan Bangsa kita.

No comments:

Post a Comment